“Payah nih, tanaman gue disiram terus malah layu. Huft”
Kenapa bisa begitu ya? Ada banyak jawaban. Bisa saja kamu menyiramnya saat siang hari, dengan asumsi tanaman tersebut terlihat lesu, lebih haus dan tampaknya butuh lebih banyak air. Padahal itu belum tentu demikian.
Menyiram tanaman saat siang hari sama saja merusak pohon secara perlahan. Pada siang hari penguapan lebih cepat terjadi. Maka dari itu, ketika menyiramnya pada siang bolong, sel pada tanaman akan mengkerut karena disiram dalam keadaan panas. Jika hal ini terus berulang, lama kelamaan tanaman akan rusak dan mati.
Maka dari itu, waktu yang tepat untuk menyiram tanaman adalah pagi hari saat matahari mulai muncul dan tanaman punya waktu untuk melakukan proses pengeringan agar tidak lembab dan tumbuh jamur. Nah, bagaimana dengan saham? Kapan waktu yang tepat untuk membeli sebuah saham?
Biasanya, investor saham pemula sering kebingungan saat memilih emiten pertama yang ingin dibeli. Alhasil, tak sedikit dari mereka yang justru membeli sebuah saham karena ikut-ikutan tren di media sosial atau sekedar hitung-hitungan jari.
Meski saat ini ada banyak sekali aplikasi yang dapat menyediakan analisis fundamental sebuah perusahaan, namun, mempelajarinya secara mandiri dan menilai kelayakan sebuah saham akan sangat berguna. Kamu perlu beberapa pertimbangan sebelum membeli, seperti mengetahui valuasi dan harga saham tersebut. Jadi tahu deh apakah sahamnya wajar atau tidak untuk dibeli.
Valuasi akan mengukur tingkat kewajaran sebuah perusahaan termasuk nilai intrinsik, yaitu memperhitungkan ekuitas dan prospek masa depan, nama besar perusahaan, kekuatan merek produk, dan lain-lain. Sedangkan harga, merupakan nilai (harga) yang ditawarkan di pasar.
Harga saham bisa lebih tinggi dari nilai wajar sebuah saham (overvalue) karena sudah melebihi nilai intrinsik atau lebih rendah daripada nilai wajar (undervalue) karena nilai intrinsiknya lebih kecil daripada nilai pasar.
Perlu diingat, valuasi dan harga itu dua subjek yang berbeda. Istilah kerennya, price is what you pay and value is what you get.
Yang terpenting, untuk mengenal valuasi saham sebenarnya tidak terlalu sulit. Umumnya, ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur sebuah saham yang sedang diperdagangkan ada dalam kondisi murah atau mahal.
- PE/PER(Price to Earning Ratio)
PER adalah salah satu indikator/perhitungan paling dasar dalam analisis fundamental. Secara sederhana, PER adalah rasio perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
Dengan mengetahui nilai PER sebuah perusahaan, kita bisa mengetahui apakah emiten perusahaan tersebut tergolong wajar atau tidak. Setelahnya, untuk mengukur apakah suatu saham murah atau mahal maka perlu membandingkannya dengan perusahaan lain dengan industri yang sama.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan A membagi harga saham (earning per share) pada laporan keuangan terakhirnya senilai Rp 100 per saham. Harga saham perusahaan A saat ini senilai Rp 1250 per saham. Berdasarkan rumus PER:
PER = Harga Per Lembar Saham/EPS
PER perusahaan A senilai 12.5 kali. Lantas bagaimana statusnya apakah undervalue atau overvalue? Jawabannya relatif. Mengapa? Jika PER perusahaan A ternyata di bawah PER rata-rata perusahaan lain di industri yang sama, maka PER perusahaan A bisa dikatakan murah (undervalue). Namun, jika sebaliknya akan dikatakan (overvalue).
Namun perlu diperhatikan bahwa PER tidak hanya soal angka, ada beberapa faktor eksternal yang dapat menjadi pendukung, antara lain: kondisi industri, ekonomi, rencana bisnis, sampai kondisi krisis seperti pandemi saat ini. Beberapa faktor ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam upaya kamu membeli saham di waktu yang tepat.
- PBV (Price to Book Value)
Pada dasarnya, PBV sama saja dengan PER. Jika pada PER fokus yang ingin dihitung adalah laba bersih perusahaan dibandingkan dengan nilai sahamnya. Maka PBV membandingkan harga saham dibandingkan dengan nilai ekuitas per saham.
PBV = Harga Per Lembar Saham/Nilai Buku Per Saham
Nilai Buku (Book Value) adalah harga riil nilai buku yang bisa dihitung dengan rumus total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Oleh karenanya, untuk mendapatkan nilai book value, kamu perlu tahu total ekuitas/modal dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Sejalan dengan PER, dari PBV kamu bisa menilai apakah saham sebuah perusahaan masih undervalued atau sudah overvalued. Beberapa investor pemula hanya berpatokan pada nilai PBV lebih atau kurang dari 1. Jika kurang dari 1 dinilai murah dan sebaliknya.
Sebaiknya kamu tidak melakukan hal di atas, karena selain modal yang tercatat buku, perusahaan memiliki modal lain yang sulit untuk dinilai, diantaranya good will. Karena itu, pada pasar kamu akan menjumpai perusahaan yang memiliki nilai PBV kurang 1 namun “tidak laku” tapi ada perusahaan yang memiliki rasio berpuluh kali lipat namun “laku keras”.
Penggunaan PER dan PBV memang sebaiknya digunakan sebagai pembanding. Kamu bisa membandingkan nilai rasio satu perusahaan dari waktu ke waktu atau juga membandingkan rasio PER dan PBV perusahaan lain.
- EV/EBITDA
EV adalah singkatan dari Enterprise Value dan EBITDA adalah Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortisation. Sama halnya dengan PER dan PBV, keduanya juga akan menghasilkan perhitungan yang menunjukan suatu emiten apakah murah atau mahal.
EV merupakan nilai keseluruhan dari sebuah perusahaan yang didapat melalui perhitungan
EV = Market Cap + Utang - Cash
Sementara itu, EBITDA adalah perhitungan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar aliran kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.
EBITDA = Net Profit + Interest + Tax + Depreciation + Amortisation
EVM = EV/EBITDA
EV/EBITDA memberikan penjelasan yang lebih komprehensif. Sebab, kamu dapat mengetahui secara lebih dalam tentang nilai sebuah perusahaan. Makin rendah angka EVM-nya, ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
Hal ini karena dengan angka EVM yang rendah, juga dibutuhkan waktu yang lebih pendek untuk mencapai titik impas, yaitu pendapatan yang didapatkan sebanding dengan pengeluaran, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian sama sekali.
Namun, dari ketiga rasio tersebut perlu diingat kalau kamu juga perlu membandingkannya dengan perusahaan lain di industri yang sama. Rasio umum yang baru kamu baca ini, akan sangat membantu untuk mendapatkan informasi tentang kinerja emiten dan apakah harga sahamnya wajar atau tidak. Agar dapat membeli perusahaan yang baik di waktu yang tepat.
Apabila kamu sudah mengerti dan menerapkan rasio di atas, setidaknya kamu sudah punya rambu-rambu untuk membeli saham. Perlu diketahui bahwa main saham bukan sekedar ikut-ikutan atau FOMO belaka. Investasi saham jika ditekuni akan mengajarkanmu banyak hal, termasuk kedisiplinan.