“Duh, banyak banget perusahaannya. Gimana cara bedainnya?”
Tentu saja, bagi banyak investor pemula memilih sebuah emiten (saham) untuk pertama kali pasti mengalami kesulitan. Apalagi soal identifikasi dan jenis saham yang baik untuk dibeli. Kemampuan keuangan seseorang juga akan berkaitan dengan dengan tanggung jawab investasi yang diemban. Namun pada dasarnya, Investasi yang bertanggung jawab akan membawa siapa pun pada kondisi kebebasan finansial.
Untuk itu, dalam melakukan identifikasi saham mana yang cocok untuk investor pemula, sebaiknya dilakukan stock screener sebagai alat dan panduan dalam menentukan keputusan investasi. Ada banyak sekali variabel yang bisa disematkan dalam menentukan keputusan investasi. Misalnya, gaya investasi investor (profil risiko), valuasi perusahaan, pertumbuhan saham, dividen, dan pergerakan harga saham.
Namun, ada cara sederhana yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan awal untuk memilih saham. Pastikan kamu paham soal 3T. Karena, investor yang cakap akan selalu bertanya tentang perusahaan yang sahamnya akan dibeli, serta tidak terpengaruh mengenai berita atau pergerakan saham yang ada.
- TANYA pada diri sendiri kenapa saham tersebut layak dibeli?
- TELITI dengan baik saham yang akan dibeli. Jangan terbawa arus karena harga saham sedang naik atau turun.
- TAHAN bila dirasa tidak yakin untuk membeli sebuah saham. Jangan gegabah. Hal tersebut hanya akan menjerumuskan kamu dalam lubang kerugian.
Setelahnya, kamu bisa melakukan metode stock screening dengan menyaring saham berdasarkan berbagai kriteria dan indikator. Kamu bisa menentukan saham berdasarkan kapitalisasi, keuntungan perusahaaan, laba rugi, frekuensi perdagangan sampai utang perusahaan. Nah, ada juga metode stock screening dengan istilah SINCE, yaitu Switching Cost, Intangible Asset, Network Effect, Cost Advantage, dan Efficient Scale. Formula ini bisa menjadi pegangan bagi kamu investor pemula untuk membeli saham.
- Switching Cost
Switching Cost adalah istilah ketika seseorang mendapatkan manfaat dari sebuah layanan yang tidak ada sebelumnya dan diukur dengan satuan biaya. Nah, biaya ini akan berimplikasi dengan nilai ekonomis dan berkaitan dengan preferensi seseorang. Masih bingung?
Tenang, kira-kira begini. 10 tahun yang lalu saat kamu ingin menuju Yogyakarta dan Surabaya pasti membutuhkan waktu sekitar 12 jam dan 18 jam jika berangkat dari Jakarta. Namun, sejak ada jalan tol kamu hanya perlu menempuh jarak kurang lebih 4 dan 8 jam untuk masing-masing kota. Tentunya, kamu pasti lebih memilih untuk lewat jalan tol karena memangkas waktu perjalanan dan juga ongkos. Dengan hal tersebut akan terbentuk yang namanya switching cost moat atau singkatnya kamu akan membayar lebih mahal (atau menempuh waktu yang lebih lama) jika pindah ke alternatif lain (kompetitor, barang atau substitusi).
Atas hal tersebut, kamu bisa melihat emiten mana saja yang berhasil menciptakan switching cost. Karena hal ini akan berkaitan dengan pendapatan perusahaan dan pangsa pasar.
- Intangible Asset
Sederhananya, ini adalah istilah untuk aset tertentu yang tidak berwujud tapi memiliki nilai. Loh kok? Gini, kamu pasti punya satu benchmark untuk barang tertentu. Misalnya, kalau pakai sepatu atau baju harus dari merek A. Nah, intangible asset di sini dapat diartikan sebagai loyal customer.
Efeknya tentu saja akan berpengaruh pada penjualan perusahaan. Nah, kamu mungkin sudah mulai bisa nih menyaring barang-barang apa saja yang paling dekat dan kamu jadikan trademarks di kehidupan sehari-hari. Setelahnya kamu bisa lihat gimana perbandingannya dengan kompetitor dan apakah perusahaan tersebut termasuk intangible asset?
- Network Effect
Bagian ini biasanya erat dengan perusahaan teknologi. Karena memiliki jumlah data yang besar (big data), perusahaan teknologi cenderung membuat ekosistem agar seluruh aktivitas bisa dilakukan dalam satu genggaman. Konsepnya, semakin banyak pengguna maka semakin besar bisnis perusahaan. Hal ini tentu saja akan berdampak pada sisi pendapatan perusahan.
Sekarang, coba deh lihat handphone kamu dan kira-kira kamu menghabiskan waktu lebih lama pada aplikasi apa?
- Cost Advantage
Ini lebih teknis, karena kamu akan melihat perusahaan yang memiliki cost advantage berdasarkan profit margin yang berasal dari biaya produksi, pemasaran, dan akses pasar. Artinya, semakin kecil biaya cost advantage, maka semakin sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk berbiaya rendah. Ujungnya, bisa menarik banyak konsumen.
Perlu dipastikan juga bahwa biaya yang murah berbanding dengan feedback positif dari konsumen yang bermuara pada loyalitas. Alhasil, pendapatan perusahaan pasti berpengaruh. Ayo, coba perhatikan barang atau layanan apa yang menurutmu murah dan tetap punya kualitas?
- Efficient Scale
Nah, ini biasanya ditemukan pada perusahaan yang memiliki dana operasional (cash flow) lebih besar dibandingkan para pesaingnya. Dengan hal tersebut, perusahaan jadi bisa melakukan ekspansi, riset, dan produksi barang lebih banyak. Variabel ini membuat perusahaan memiliki keunggulan mutlak di pasar.
Misalnya, kamu adalah pedagang sayuran. Karena sudah berpengalaman dan memiliki modal yang besar, kamu tidak lagi membeli sayuran dari supplier tetapi sudah mempunyai lahan untuk bertani dan membuat produk sayuran organik. Alhasil kamu memberikan alternatif produk pada konsumen dan bisa menguasai supplier. Coba deh
Terakhir, investasi saham adalah investasi jangka panjang dan harga saham selalu berfluktuatif. Investasi saham juga sangat bergantung pada investasi ilmu. Melakukan riset, analisis, dan melihat isu yang berkembang merupakan kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Investor yang cakap akan selalu bertanya tentang perusahaan yang sahamnya akan dibeli, serta tidak terpengaruh mengenai berita atau pergerakan saham yang ada.
Semoga kamu bisa menemukan saham apa yang layak untuk dibeli. Cheers!