Gak jauh beda dengan mengelola keuangan pribadi, menjadi seorang wirausahawan, atau pedagang juga artinya berhadapan dengan banyak risiko, baik itu risiko bisnis maupun risiko keuangan. Hanya saja jika kamu gagal dalam mengelola risiko usaha, bukan hanya diri kamu yang menerima imbasnya, namun juga mitra bisnis atau pegawaimu.
Serem? Gak juga.
Seperti halnya mengelola risiko keuangan pribadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali karakter dari bisnis yang jalani, dan menganalisa apa saja kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Ya, sesederhana itu untuk memulai.
Tapi hal sederhana ini sering banget kita abaikan karena kita mau fokus untuk mencari konsumen dan menjual barang atau jasa kita sebanyak-banyaknya, supaya cepat dapat return yang tinggi.
Padahal jika kita cermati, risk & return selalu berjalan beriringan dan punya satu sifat yang sama persis, yaitu bisa datang diwaktu yang tidak disangka. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita tidak melulu memikirkan potensi return yang akan didapat, tetapi meluangkan waktu dan berusaha mengurangi potensi risiko yang mungkin muncul.
Perlu diingat, sekecil apapun risiko yang timbul, jika tidak siap menghadapinya, bakal bikin kamu pusing untuk menghadapinya.
Oke, lalu apa saja sih risiko yang mungkin muncul saat kamu ingin memulai usaha?
Pada dasarnya, risiko memiliki dua sifat, yaitu bawaan dan spekulatif. Risiko bawaan artinya risiko yang selalu menempel tergantung jenis usahanya. Misal, jika kamu menjual barang dengan memberikan piutang kepada pelanggan maka risiko bawaan yang muncul adalah pelanggan tidak mampu membayar utang sehingga kamu menjadi rugi.
Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang muncul ketika kamu mengambil sebuah keputusan bisnis untuk mencoba peruntungan. Misal, jika kamu berbisnis kuliner dan berniat membuat menu baru maka ada risiko pelanggan tidak menyukai menu baru dan akan mengasosiasikan bisnismu pada satu menu yang tidak disukai tersebut.
Nah, untuk memudahkanmu mengenali dan mengelola dua tipe risiko di atas, kamu bisa memulai dengan melihat beberapa faktor utama di bawah untuk melihat apa saja risiko bawaan dan spekulatif yang bisa terjadi.
1. Faktor Operasional
Semua jenis usaha pasti pernah mengalami masalah operasional. Risiko ini paling sering muncul dan tak jarang menghambat pelaku usaha sulit untuk berkembang. Masalah operasional bisa bermulai dari hal sepele seperti mati listrik, telat dalam pengiriman barang, barang rusak dalam perjalanan, sampai risiko keamanan di tempat usaha.
Terkadang pelaku usaha cenderung mengelola risiko operasional secara mendadak, dalam artian kamu hanya mengambil tindakan ketika masalah muncul dan berharap kejadian tersebut tidak terulang di kemudian hari. Ini adalah cara yang salah.
Padahal, risiko akibat masalah operasional bisa dicegah jika kamu sudah membuat daftar risiko, menentukan tingkatan dan memikirkan ops atau backup plan apabila masalah tersebut muncul suatu hari. Hal tersebut akan sangat memudahkanmu dalam mengelola usaha, memberikan kenyamanan dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
Contoh paling mudah adalah dengan mencantumkan nomor keluhan untuk pelanggan. Lewat hal tersebut kamu dapat memonitor dan melakukan tindakan preventif sebelum masalah muncul.
Seringkali risiko usaha juga membuat pelanggan kecewa dan marah. Kemudian, solusi lain yang bisa kamu gunakan adalah memberikan diskon, voucher belanja, atau juga cashback agar pelanggan tidak kapok berbelanja.
2. Faktor Rantai Pasok
Dalam banyak hal, rantai pasok (supply chain) adalah kunci sebuah usaha, terutama jika usahamu adalah memproduksi barang atau menjual kembali barang (reseller). Kegagalan mengelola vendor dan supplier, bisa membuat usahamu tidak akan berjalan efektif dan efisien. Meski ada perjanjian bisnis antara kamu dengan vendor dan supplier, kamu perlu ingat bahwa kamu tidak bisa mengontrol apa yang mereka lakukan.
Contoh risiko yang bisa datang dari masalah rantai pasok adalah ketergantungan pada satu vendor atau supplier tertentu. Jika suatu saat vendor atau supplier ini berhenti memasok barang maka usahamu juga selesai.
Terlalu bergantung pada satu vendor atau supplier juga bisa mengurangi laba usahamu karena kamu tidak punya pilihan ketika mereka menaikkan harga tiba-tiba dan biaya operasional bisa membengkak.
Untuk itu, kamu perlu dengan cermat dan hati-hati dalam mengelola dan menjadi bagian dari rantai pasok. Tidak hanya sekedar membuat list apa saja perubahan yang terjadi selama kamu berusaha, tetapi juga seberapa adaptif kamu pada perubahan tersebut yang pada akhirnya akan menyelamatkan usahamu risiko yang mungkin muncul.
3. Faktor Arus Kas
Karena kamu telah banyak menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk usahamu. gak jarang kamu menyepelekan persoalan arus kas (cash flow). Apalagi, tidak sedikit dari kita yang masih belum memisahkan keuangan pribadi dengan usaha yang dijalankan.
Ujung-ujungnya, ketika ada pengeluaran yang datang tiba-tiba, kas pribadi akan menjadi korban. Risiko cash flow membuat kamu sulit menilai bisnis yang dijalani sedang dalam kondisi menguntungkan atau tidak. Dan hampir pasti, keuangan akan menjadi tidak sehat.
Risiko ini sering timbul akibat kamu kurang cermat dalam perencanaan keuangan, bisa saja terlalu besar atau terlalu kecil yang jelas tidak efektif. Contoh paling relevan dan mungkin sering terjadi adalah perencanaan dalam komponen beban biaya operasional (membeli bahan baku atau menggaji karyawan) yang sering kali dialami oleh sejumlah pelaku usaha. Jika masalah ini terjadi, kamu perlu memperhatikan dan mengkalkulasi ulang barang dagang kamu.
Saat ini, sudah banyak aplikasi pengelolaan kasir yang membantu kamu mengelola keuangan usaha. Kamu bisa menggunakan MOKA untuk membuat laporan usaha dengan cepat dan real-time.
Membuat pembukuan keuangan secara rapi dan memisahkan rekening usaha dengan rekening pribadi menjadi sangat penting di sini.
Contoh paling nyata adalah dari risiko arus kas adalah banyaknya bisnis yang tutup selama pandemi karena tidak memiliki cadangan uang kas yang cukup untuk terus beroperasi ketika kondisi ekonomi memburuk.
4. Faktor Kredit Usaha
Bagi kamu yang menjalankan usaha dengan cara meminjam uang, baik itu dari bank, peer to peer lending, ataupun dari mitra usaha, risiko kredit akan selalu ada.
Yang membuat risiko kredit menjadi lebih besar dampaknya dari risiko lain adalah karena kegagalan dalam mengelola risiko kredit bisa membuat usahamu ditutup atau disita.
Lalu bagaimana mengelola pinjaman kamu? Beberapa hal dibawah bisa kamu jadikan pertimbangan:
- Selalu pastikan bahwa uang kas bersih yang masuk setiap bulan, mampu untuk membayar bunga dan cicilan pokok bulanan.
- Jangan mengambil pinjaman usaha jangka pendek yang totalnya melebihi estimasi laba tahunanmu.
- Pastikan bahwa harta pribadi tidak ada yang menjadi jaminan utang.
5. Faktor Kompetitor
Menjalankan usaha berarti kamu masuk dalam sebuah kompetisi. Apalagi jika usaha yang kamu jalani tidaklah eksklusif. Artinya kamu terjun ke dalam pasar yang memiliki banyak kompetitor.
Pada bagian ini, risiko yang mungkin muncul adalah perang harga, penimbunan barang atau kegiatan persaingan tidak sehat lainnya. Apa pun tindakan kompetitor, jika kamu menyasar pelanggan yang sama, suka tidak suka pasti akan mempengaruhi usaha kamu.
Hal penting yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi risiko ini muncul adalah dengan melakukan riset sesering mungkin. Tujuannya untuk memperhitungkan apa saja kemungkinan terburuk yang bisa mengganggu kegiatan usahamu. Dengan begitu, kamu jadi tahu kapan harus bertindak.
Kamu juga perlu melakukan riset terhadap kompetitor lain. Memastikan agar barang yang kamu juga memiliki nilai yang berbeda dari kebanyakan penjual. Memasang harga yang murah belum tentu mendongkrak penjualan.
Ceritanya akan berbeda jika kamu tahu kapan harus memasang diskon agar barangmu lebih murah dan bagaimana mengemas produk yang kamu jual menjadi menarik. Sebagai nilai tambah dari produkmu.
6. Faktor Konsumen
Kamu harus tahu bahwa konsumen bukanlah raja, melainkan teman. Hal tersebut harus ditanamkan dalam diri sebelum memulai usaha karena konsumen juga memiliki risiko yang harus dipikirkan matang-matang.
Pastikan pelanggan tahu benar soal literasi produk dan kualitas barang yang kamu jual. Dengan cara, kamu memasukkan keterangan produk atau deskripsi singkat tentang apa yang kamu jual. Kemudian bisa memilih nama produk yang familiar sebagai salah satu opsi. Selain itu, foto produk yang proper juga terkadang menjadi pilihan pelanggan untuk membeli sesuatu. Kenali juga profil pelanggan, baik dari umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal agar kamu bisa menyasar mereka dengan tepat.
Belajar dari pandemi, kita memahami bahwa transaksi digital jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan tunai. Selalu berikan kemudahan dengan menyediakan transaksi pembayaran digital seperti melalui GoPay.
Dengan menggunakan GoPay, banyak pilihan promo voucher yang bisa kamu berikan kepada pelanggan agar mereka merasakan keuntungan dari transaksi digital.
Nah, udah kebayang risiko bisnis apa saja yang menempel di usaha kamu atau rencana bisnis kamu?